Perjalanan Politik Bangsa Tidak Menoleh ke Belakang

Oleh : Eef Effendy

Dizaman kemerdekaan, khususnya umat islam sudah terpojokan oleh kaum sekuler dan paham komunisme. Sejak munculnya pertama kali tahun 1914, komunisme menjadi musuh utama bagi umat islam. Bukan hanya karena telah merusak organisasi semacam Serikat islam (SI) pada masa itu, tetapi ingin membangun Indonesia yang mayoritas Islam dengan dasar ajaran komunis.

Faham komunisme dibawa oleh kaum komunis Belanda Sneevlit, Beragma, Branstedder dan H. W. Dekker. Mengawali penyebaran ajarannya dengan membentuk Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) atau Perserikatan Sosial Demokrat Hindia Belanda, bulan juli 1914. Menyebut dirinya sebagai sosial demokrat, dan melakukan strategi penyusupan ke dalam prganisasi pergerakan pribumi. Khusus di Indonesia, komunisme menuai sukses untuk pertama kali ketika melakukan pendekatan kepada serikat Islam. Salah satu yang tergarap dengan baik adalah Semaun. Sampai 23 Mei 1920, dibacakan manifesto pendirian Perserikatan Komunis Hindia Belanda (PKHB). Kemudian menyapih dari SI bulan juli 1924, lalu terbentuk Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ajaran-ajaran Islam tentang bagaimana berpolitik, bagaimana berjiwa ekonomi, bermiliter, bernegara seolah-olah sudah terhapus oleh faham yang bermunculan dari barat. Sebagaimana diketahui bahwa tindakan represif dari kaum komunis menyebar kepada kegiatan seniman. Dalam bidang seni budaya juga terlihat agresivitas seniman kiri yang menggencet kebebasan berekspresi sastrawan yang berada di luar garis kelompok kaum Komunis.

Tindakan kelompok BTI/PKI di desa-desa telah menimbulkan konflik horizontal. Untuk itulah umat Islam sejak awal telah mengambil sikap bersebrangan dengan kekuatan komunis yang memang bukan berasal dari Indonesia. Walaupun lahir dan berkembang di Indonesia, karena dasar perjuangan bangkit dari ketertindasan yang menghalalkuan segala cara.

Dalam kondisi apapun, Islam sudah menunjukan diri sebagai kekuatan yang tetap konsisten membawa bangsa Indonesia sesuai dengan jalur yang sudah dicita-citakan. Perjuangan menghadang komunis itu hadir di Indonesia. Usaha itu tidak akan berhenti, meski kini komunisme tidak mengalami perkembangan pesat. Tapi harus menjadi prioritas utama bahwa komunisme atau ajaran apapun yang bertentangan dengan Islam harus segera dihadang dan ditentang. Islam pendiri bangsa ini dan Islam pula yang harus melakukan pembangunan atas bangsa ini.

Sedangkan masa kini adalah masa yang penuh dengan hingar bingar politik yang tidak lain adalah suatu pencampuran budaya dari ajaran-ajaran yang sekuler, feodalisme, dan komunisme. Sebagian kalangan menyebutkan bahwa partai Islam tidak lagi relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, menurut saya itu hanya sebuah bom waktu yang telah menggeser keperibadian Indonesia sebagai bangsa yang mayoritas umat muslim. Sebagaimana diketahui pada masa eksistensinya komunis di Indonesia, Islam sudah menjadi kuda tunggangan bagi kaum komunis untuk berpolitik.

Secara implisit, kemerosotan politik kaum modernis sudah mulai transparan ketika Masyumi dibubarkan pada 1960. Tetapi mereka baru haqqul yaqin bahwa lonceng kematian itu telah berdentang manakala upaya unutk merehabilitasinya kandas di tangan orde baru.

Pada masa sekarang ini kita ketahui bahwa partai yang berkuasa adalah partai yang tidak lain itu adalah suatu akulturasi dari perpolitikan yang telah merusak perpolitikan yang sesuai dengan syari’at Islam yang telah berkembang dan menjadi keperibadian bangsa Indonesia sejak zaman kemerdekaan ataupun sebelumnya. Sudah seharusnya kita tetap tidak melupakan sejarah perjuangan umat Islam. Pengalaman adalah guru yang terbaik, kata peribahasa yang diakui kebenarannya oleh umat manusia dari berbagai latar belakang kebudayaan. Mungkin tidak ada orang yang tahu siapa pencipta peribahasa itu pertama kali di masa silam. Ia seakan telah menjadai aksioma dalam membaca sinyal-sinyal peta bumi sejarah. Semakin jeli seseorang belajar dari pengalaman berarti semakin cakap pula ia mengambil pelajaran moral dari pengalaman itu.

This entry was posted in Sosial dan Politik. Bookmark the permalink.

Balas